Dari pernyataan
para ahli, ekowisata merupakan suatu perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang maupun sekelompok orang ke tempat tertentu yang
memiliki potensi-potensi pariwisata dengan tujuan untuk mencari suatu kebahagiaan
dengan lingkungan hidup dalam jangka waktu sementara, dan kegiatan ini pun nantinya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu
negara karena secara tidak langsung kegiatan ini akan memberikan peluang bagi
seseorang atau masyarakat untuk memperoleh suatu pekerjaan, dan hal ini pun tentu akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Yogyakarta adalah daerah tujuan
wisata utama di Indonesia. Yogyakarta adalah kota yang terkenal akan sejarah
dan warisan budayanya. Yogyakarta merupakan pusat kerajaan Mataram (1575-1640),
dan sampai sekarang terdapat Kraton (istana) yang masih berfungsi dalam arti
yang sesungguhnya. Nama Ngayogyakarta terdiri dari 4 kata yaitu Ayodya, Hayu, Bagya, dan Karta. Ayodya berarti tempat, Hayu berarti cantik, Bagya berarti bahagia, dan Karta berarti makmur, jadi nama Ngayogyakarta berarti tempat yang
cantik, bahagia, dan makmur. Di Yogyakarta terdapat garis lurus yang dinamakan
dengan garis imajiner yang menghubungkan dari Pantai Parangtritis, Panggung
Krapyak, Keraton, Tugu, dan Gunung Merapi. Kota Yogyakarta terbagi menjadi 4
kabupaten dan satu kota madya yaitu Kabupaten Sleman, Kulonprogo, Bantul, dan
Gunungkidul serta satu kota madya yaitu Jogja. Kota Yogyakarta banyak mendapatkan
julukan seperti Kota Pelajar, Kota Wisata, Kota Gudeg, Kota Budaya, Kota
Sepeda, dll.
Potensi tempat wisata di wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta terbilang sangat lengkap, mulai dari ekowisata, wisata alam
seperti pantai dan pegunungan, wisata sejarah, wisata religi, wisata belanja,
wisata kuliner dan wisata budaya. Tak heran jika dalam kepariwisataan Indonesia, Jogja menempati peringkat
kedua setelah Pulau Bali. Selain memiliki potensi wisata yang cukup
lengkap, Jogja juga memiliki beberapa daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung
ke Yogyakarta, beberapa daya tarik tersebut antara lain, iklim udara yang baik,
pemandangan indah, budaya yang masih terpatri erat dengan masyarakatnya serta
keramahan warganya. Satu hal yang cukup menarik di Jogja adalah modernisasi
dan tradisional yang kental lebur dan membaur menjadi satu. Melihat potensi
pariwisata Yogyakarta yang cerah, sudah semestinya jika pemerintah setempat
mempertahankan, merawat dan mengelolanya dengan sebaik mungkin. Pertahankan
budaya yang ada di Jogja, perawatan terhadap sistem budaya yang kompleks harus
tetap dilakukan agar Jogja tidak kehilangan budayanya yang merupakan nyawa
pariwisata Jogja. Kalau bicara tentang keinginan pribadi terhadap kota ini
tentu banyak sekali, yang pasti saya ingin Jogja tetap berbudaya asli,
pembangunan dan segala modernisasi sah sah saja masuk ke Jogja asalkan tidak
sampai merubah total sifat dan wajah kota Jogja.
Selain
memiliki tempat wisata yang beraneka ragam, di Jogja juga terdapat banyak
sekali industri kreatif kerajinan tangan, sarana dan prasarana terkait
kepariwisataan yang sangat memadai. Berbagai macam sarana tersebut antara lain,
berbagai macam sistem akomodasi dan transportasi yang banyak tersebar disetiap
wilayah Yogyakarta, tumbuhnya beraneka ragam jasa boga, biro wisata dan lain
lain yang menunjang sistem kepariwisataan di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Yogyakarta banyak sekali memiliki daya
tarik wisata/atraksi wisata yang sangat menarik dan menjadi icon bagi kota Yogyakarta ini contohnya
adalah Sekaten. Sekaten atau upacara Sekaten (Hanacaraka: ꧋ꦱꦼꦏꦠꦺꦤ꧀꧉, berasal
dari kata Syahadatain atau dua kalimat syahadat) adalah acara
peringatan ulang tahun nabi Muhammad SAW yang diadakan pada
setiap tanggal 5 bulan Jawa Mulud (Rabiul Awal tahun Hijriah) di Alun-alun utara Surakarta dan Yogyakarta. Upacara ini dahulu
dipakai oleh Sultan Hamengkubuwana I, pendiri keraton Yogyakarta untuk mengundang
masyarakat mengikuti dan memeluk agama Islam. Pada hari pertama, upacara diawali saat malam
hari dengan iring-iringan abdi dalem (punggawa kraton)
bersama-sama dengan dua set gamelan Jawa Kyai Nogowilogo dan Kyai
Gunturmadu. Iring-iringan ini bermula dari pendapa Ponconiti menuju masjid
Agung di Alun-alun Utara dengan dikawal oleh prajurit Kraton. Kyai Nogowilogo akan menempati sisi utara dari Masjid Agung, sementara Kyai Gunturmadu akan berada di Pagongan sebelah
selatan masjid. Kedua set gamelan ini akan dimainkan secara bersamaan sampai
dengan tanggal 11 bulan Mulud, selama 7 hari berturut-turut. Pada malam hari
terakhir, kedua gamelan ini akan dibawa pulang ke dalam Kraton.
Acara puncak peringatan Sekaten ini ditandai dengan Grebeg Muludan yang
diadakan pada tanggal 12 (persis di hari ulang tahun Nabi Muhammad SAW) mulai jam
08.00 hingga 10.00 WIB. Dengan dikawal oleh 10 macam bregada (kompi) prajurit Kraton: Wirabraja, Dhaheng,
Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Nyutra, Ketanggung, Mantrijero, Surakarsa, dan Bugis.
Sebuah gunungan yang terbuat dari beras ketan, makanan, dan buah-buahan serta
sayur-sayuan akan dibawa dari istana Kemandungan melewati Sitihinggil dan
Pagelaran menuju masjid Agung. Setelah didoakan, gunungan yang melambangkan kesejahteraan
kerajaan Mataram ini
dibagikan kepada masyarakat yang menganggap bahwa bagian dari gunungan ini akan
membawa berkah bagi mereka. Bagian gunungan yang dianggap sakral ini akan dibawa
pulang dan ditanam di sawah/ladang agar sawah mereka menjadi subur dan bebas
dari segala macam bencana dan malapetaka.
Di kota Istimewa ini masih terdapat moda transportasi yang bernuansa
tradisional seperti Andong dan Becak. Para wisatawan dapat dimanjakan
berkeliling kota Jogja dengan transportasi Becak atau Andong ini. Banyak sekali
para wisatawan yang sangat tertarik menggunakan moda transportasi ini apalagi
para wisatawan mancanegara. Untuk berkeliling kota Jogja ini para wisatawan tak
banyak merogoh uang, hanya Rp 15.000 – 50.000 para wisatawan sudah bisa
dimanjakan keindahan kota Jogja. Selain Andong dan becak di Yogyakarta sudah
ada moda transportasi Trans Jogja (TJ). Para wisatawan yang bingung akan
mengunjungi daerah wisata yang ada akan dimudahkan juga dengan adanya Trans
Jogja ini. Harga untuk menaiki Trans Jogja cukup murah hanya Rp 3.500 ,- sudah
bisa mencari tujuan yang akan dituju. Dengan banyaknya moda transportasi di
Yogyakarta, tak heran jika kota ini memiliki sebutan yaitu Kota Andong dan Kota
Becak.
Akomodasi menjadi salah satu penunjang pariwisata di Jogja. Dengan adanya
Akomodasi yang sudah ada, para wisatawan tak khawatir lagi untuk mencari
penginapan/akomodasi yang dekat dengan pusat kota maupun akomodasi dari hotel
melati sampai bintang 5. Beberapa akomodasi yang ada di Yogyakarta diantaranya
adalah : Serathon Hotel, Inna Garuda Hotel, Melia Purosani Hotel, KJ Hotel,
Ambarukmo Hotel, Cavinton Hotel, dan masih banyak lagi. Masyarakat yang ada di
daerah sekitar Hotel ini sangat diberuntungkan dengan adanya Hotel-hotel di
Jogja ini. Banyak juga di Jogja ini restaurant, cafe, dll.
Di kota Jogja ini banyak memiliki makanan khas yang terkenal akan
kelezatannya. Kuliner yang utama adalah Gudeg, Gudeg (ejaan bahasa Jawa:
ꦒꦸꦝꦼꦒ꧀, gudheg) adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang
terbuat dari nangka muda
yang dimasak dengan santan. Perlu
waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan
oleh daun jatiyang dimasak
bersamaan. Gudeg dimakan dengan nasi dan
disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahudan sambal
goreng krecek.
Satu lagi kekayaan kuliner yang menjadi ciri khas, adalah Kipo makanan khas
yang berasal dari Kotagede yang merupakan sebuah wilayah di Kota Yogyakarta.
Kipo sudah cukup dikenal sebagai manakan khas dengan rasa yang khas pula
sebagai kudapan yang selalu menmanjakan lidah. Makanan ini biasa berbentuk
lonjong berwarna hijau dan legit serta manis. Menurut tuturan orang-orang tua
pembuat kipo di Kotagede disebutkan bahwa pada masa lalu orang sering
menanyakan tentang jenis makanan ini dengan bertanya dalam bahasa Jawa,Iki
apa? (Ini apa). Dari kalimat iki apa inilah kemudian berkembang menjadi
akronim kipa. Jadi, mestinya nama kipo itu dituliskan kipa bukan kipo.
Kota Istimewa Yogyakarta ini memiliki banyak potensi ekowisata yang belum
terkenal atau terjamah. Oleh karena itu pemerintah kota Yogyakarta tak tinggal
diam, pemerintah terus berusaha untuk menggali lebih dalam agar obyek wisata
dan ekowisata yang lain lebih terlihat atau terkenal dan dapat diterima oleh
masyarakat luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar